SENSOR
TEMPERATUR
A.
PENDAHULUAN
Sensor
temperatur (Temperature Sensors) atau sering juga
disebut sebagai sensor suhu adalah suatu komponen yang digunakan
untuk mendeteksi suhu/panas. Jenis sensor suhu bervariasi dari yang
sederhana berupa switch/saklar ON/OFF
perangkat termostatik sederhana yang mengontrol sistem pemanas air alat
rumah tangga hingga jenis
sensor yan menggunakan semikonduktor
yang sangat sensitif untuk keperluan kontrol proses yang komplek di
industri.
Sensor
temperatur dapat mengubah besaran panas menjadi besaran listrik sehingga dapat
mendeteksi gejala perubahan suhu pada obyek tertentu. Sensor ini melakukan
pengukuran terhadap jumlah energi panas/dingin yang dihasilkan oleh suatu obyek
sehingga dimungkinkan untuk mengetahui atau mendeteksi gejala
perubahan-perubahan suhu tersebut dalam bentuk output analog maupun digital.
B.
JENIS-JENIS SENSOR TEMPERATUR
Sensor temperatur terdiri dari
beberapa jenis. Setiap jenis mempunyai karakteristik yang berbeda tergantung pada
aplikasinya. Secara umum, sensor temperatur menurut cara deteksinya
dikatagorikan dalam dua jenis, yaitu sensor jenis kontak (Contact Temperature Sensor) dan jenis non-kontak (Non-Contact Temperature Sensor).
1. Contact Temperature Sensor
Sensor temperatur jenis contact adalah sensor yang memerlukan kontak (hubungan) fisik
dengan objek yang akan dirasakan perubahan suhunya. Sensor jenis ini
menggunakan konduksi untuk memantau perubahan suhu. Sensor ini dapat digunakan
untuk memantau suhu benda padat, cair maupun gas.
2. Contact Temperature Sensor
Sensor Suhu jenis non-contact
adalah Sensor suhu yang dapat mendeteksi perubahan suhu dengan menggunakan
konveksi dan radiasi sehingga tidak memerlukan kontak fisik langsung dengan
obyek yang akan diukur atau dideteksi suhunya. Sensor jenis ini digunakan untuk
mendeteksi cairan dan gas yang memancarkan energi radiasi sebagai panas naik dan
mengendap dingin ke bawah di arus konveksi atau mendeteksi energi radiasi yang
dipancarkan dari sebuah objek dalam bentuk radiasi infra-merah.
Dari dua tipe dasar dari contact dan sensor temperatur non-contact
dapat dibagi menjadi beberapa kelompok sensor, yaitu: Electro-mekanis (Electro-mechanical), Resistif
(Resistive), Termo-elektrik (Thermo-electric)
dan Elektronik (Electronic).
C. SENSOR TEMPERATUR ELEKTRO-MEKANIS
Sensor temperatur
elektro mekanis serin disebut juga sebagai thermostat. Terdapat tiga jenis
termostat menurut bahan sensornya, yaitu thermostat jenis bimetal, gas/cairan,
dan magnetis.
1. Thermostat Bimetal
Sensor ini yang pada dasarnya terdiri dari dua logam
yang berbeda seperti nikel, tembaga, tungsten atau aluminium dll, yang terikat
bersama untuk membentuk strip bimetal. Prinsip kerja bimetal menggunakan konsep pemuaian, khususnya muai
panjang. Jadi, bimetal peka terhadap perubahan suhu. Jika keping bimetal
dipanaskan atau dinaikan suhunya, maka akan melengkung ke arah logam yang
memiliki angka koefisien muai panjangnya kecil. Bila didinginkan, keping
bimetal akan melengkung ke arah logam yang angka koefisien muai panjangnya
besar.
Gambar 1: Prinsip Kerja Thermostat
Bimetal
Ada dua jenis bimetal
yang digunakan sebagai sensor temperatur, yaitu jenis Snap-Action dan jenis Creep-Action.
Thermostat bimetal jenis snap-action
berbentuk lempengan, perubahan suhu pada bimetal ini mengakibatkan lengkung
bimetal berubah. Biasanya digunakan untuk pensaklaran ON/OFF atau sebaliknya.
Thermostat bimetal jenis creep-action
lebih panjang dan tipis dari jenis snap-action,
berbentuk gulungan/spiral yang sesnsitif terhadap perubahan suhu. Bimetal creep-action banyak digunakan untuk
pengukuran suhu atau perubahannya.
Gambar 2: Snap-action
dan Creep-action Bimetal
Strip bimetal dapat digunakan sebagai saklar listrik atau
sebagai cara mekanis operasi saklar listrik di kontrol termostatik dan
digunakan secara luas untuk mengontrol elemen pemanas air panas di boiler,
tungku, tangki penyimpanan air panas serta di dalam kendaraan sistem pendingin
radiator.
Gambar 3: Thermostat Switch
Meskipun sangat murah dan tersedia dengan jangkauan operasional yang luas, salah satu
kelemahan utama dari jenis thermostat ini adalah memiliki
hysteresis besar dari saat kontak listrik terbuka sampai ketika mereka menutup
lagi. Sebagai contoh, ketika suhu sensing diatur pada 20oC, switch tidak akan ON/OFF sampai suhu
22oC atau bahkan
kembali lagi pada suhu 18oC. Jadi kisaran suhu
ayunan dapat cukup tinggi.
1. Thermostat Gas/Cairan
Sensor ini yang pada dasarnya memanfaatkan
tekanan gas/cairan yang akan berubah pada suhu yang berbeda. Pada suhu yang
semakin tinggi, tekanan gas/cairan akan meningkat, tekanan gas/cairan ini yang
digunakan untuk mengerakkan switch.
Gambar 4: Thermostat Gas/Cairan
Thermostat jenis
gas/cairan dapat diatur besaran suhu yang akan digunakan untuk pemutusan
switch-nya. Sensor ini banyak digunakan pada sistem pendinginan, diataranya
pada kulkas, coll-storage, dll.
1. Thermostat Magnetis
Sensor ini
memanfaatkan sifat kemagnetan yang akan turun/hilang bila terkena panas yang
berlebihan. Magnet permanen pada suhu tertentu akan menurun gaya tarik
kemagnetannya pada suatu logam bila terkena panas. Gaya tarik tersebut yang
akan hilang pada suhu tertentu.
Sensor temperatur
magnetis banyak digunakan sebagai pembatas suhu pada peralatan rumah tangga
terutama pemanas, khususnya pada penanak nasi (rice cooker) dan penghangat makanan (warmer).
Gambar 5: Thermostat Gas/Cairan
A. SENSOR TEMPERATUR RESISTIF
Sensor temperatur
resistif bekerja dengan cara mengubah besaran temperatur ke dalam resistansi.
Sensor ini berubah nilai resistansinya tergantung pada suhu yang mengenainya.
Besarnya nilai resistansi sensor dipengaruhi oleh besarnya suhu. Yang termasuk
sensor jenis ini adalah thermistor dan RTD (Resistive Temperature Detector). Perbedaan pada masing-masing jenis
sensor ini dikarenakan oleh material pembuatan, jangkauan/range suhu,
sensitivitas, dan akurasi masing-masing sensor.
1.
THERMISTOR
Thermistor adalah sensor temperatur jenis resistif. Thermistor merupakan singkatan
dari Thermal Resistor, yaitu suatu resestor yang resistansinya dipengaruhi
oleh suhu. Termistor
adalah resistor yang peka terhadap suhu.
Thermistor terdiri dari 2 jenis
yaitu PTC (Positive Temperature
Coefficient) dan NTC (Negative
Temperature Coefficient). PTC nilai resistansinya akan meningkat tinggi ketika suhunya
tinggi dan NTC nilai resistansinya menurun ketika suhunya meningkat tinggi.
Gambar 6: Karakteristik Thermistor
Thermistor
mengubah besaran suhu menjadi nilai resistansi. Thermistor umumnya terbuat
dari bahan keramik seperti oksida nikel, mangan atau kobalt dilapisi kaca.
(a). Simbol Thermistor
(b). Bentuk NTC dan PTC Thermistor
Gambar 7: Thermistor
Keuntungan dari thermistor dibandingkan dengan sensor temperatur lain adalah
sebagai berikut:
1.
Memiliki Respon yang cepat atas perubahan suhu.
2.
Lebih murah dari Sensor jenis RTD (Resistive Temperature Detector).
3.
Rentang/range
nilai resistansi yang luas berkisar dari 2 kΩ hingga 10 kΩ.
4.
Memiliki sensitivitas suhu yang tinggi.
5.
Level perubahan output yang tinggi
Sedangkan kekurangan dari thermistor adalah sebagai
berikut:
1.
Tidak linier
2.
Range pengukuran suhu yang sempit
3.
Rentan rusak
4.
Memerlukan supply daya
5.
Mengalami self heating
Thermistor
(PTC/NTC) banyak diaplikasikan dalam peralatan elektronika seperti Voltage Regulator, sensor temperatur kulkas, pendeteksi
kebakaran, sensor temperatur pada otomotif, sensor temperatur pada komputer, sensor untuk
memantau pengisian ulang baterai pada ponsel, kamera, dan
peraltan elektronik lain, misalnya kipas pendingin.
Resistive Temperature Detector atau disingkat dengan RTD adalah sensor temperatur yang terbuat dari logam
konduktifitas tinggi seperti platinum, tembaga atau nikel yang dibentuk menjadi
sebuah kumparan. RTD memiliki fungsi yang sama dengan thermistor jenis PTC
yaitu resistansinya akan naik yang sebanding dengan perubahan suhu. Kesebandingan
variasi ini adalah presisi dengan tingkat konsisten/kestabilan yang tinggi pada
pendeteksian resistansi.
Gambar 8: Karakteristik RTD
RTD memiliki sensitivitas termal yang sangat kecil, yaitu 1 Ω/oC. Jenis yang lebih umum dari RTD terbuat dari platinum dan disebut Platinum Resistance Thermometer atau
PRT. RTD memiliki resistansi sekitar 100 Ω pada 0oC dan akan meningkat menjadi
sekitar 140 Ω pada 100oC dengan rentang temperatur operasi antara -200
sampai + 600oC.
(a). Simbol RTD
(b). Bentuk RTD
Gambar 9: RTD
Keuntungan dari RTD dibandingkan dengan sensor
temperatur yang lain adalah:
1.
Rentang suhu yang luas yaitu beroperasi di suhu -200⁰C
hingga +650⁰C.
2.
Lebih linier jika dibanding dengan Thermistor dan
Thermocouple
3.
Memiliki akurasi, presisi dan stabilitas pengukuran
yang tinggi
Sedangjan kekurangan dari RTD adalah sebagai berikut:
1. Harga
RTD mahal
2. Memerlukan
supply daya
3. Resistansi
yang rendah
4. Tahanan
absolut yang rendah
5. Mengalami
self heating
RTD banyak
digunakan untuk pengukuran suhu yang presisi di dalam industri makanan dan
minuman, kertas, otomotif, peralatan medis, dan rumah tangga.
A. SENSOR TEMPERATUR TERMO-ELEKTRIK
Sensor
temperatur termo-elektrik adalah sensor suhu yang mengubah suhu menjadi
tegangan listrik. Salah satu sensor jenis ini adalah thermokopel. Termokopel
pada intinya terdiri dari dua sambungan (junction) logam
yang berbeda. Salah satu Logam di Thermocouple dijaga di suhu yang tetap
(konstan) yang berfungsi sebagai junction referensi sedangkan satunya lagi
dikenakan suhu panas yang akan dideteksi. Dengan adanya perbedaan suhu di dua
persimpangan tersebut, rangkaian akan menghasilkan tegangan listrik tertentu
yang nilainya sebanding dengan suhu sumber panas.
Gambar 10: Konstruksi Termokopel
ada termokopel, bila
persambungan dua logam berbeda seperti tembaga dan
constanta mendapatkan panas akan menghasilkan efek termo-elektrik yang mengakibatkan perbedaan potensial konstan hanya beberapa milivolt (mV) di antara kdua logam. Perbedaan
tegangan ini
disebut efek Seebeck sebagai gradien suhu yang dihasilkan sepanjang kawat
konduktor menghasilkan ggl. Maka tegangan output dari termokopel adalah fungsi dari
perubahan suhu.
Jika kedua bahan berada pada suhu yang sama perbedaan potensial adalah nol dengan kata lain, tidak ada tegangan output. Namun, ketika pada temperatur yang berbeda tegangan output akan terdeteksi relatif berbeda.
Jika kedua bahan berada pada suhu yang sama perbedaan potensial adalah nol dengan kata lain, tidak ada tegangan output. Namun, ketika pada temperatur yang berbeda tegangan output akan terdeteksi relatif berbeda.
Gambar 11: Karakteristik Termokopel
Termokopel dapat dibuat dari berbagai
bahan yang berbeda memungkinkan dapat
beroperasi pada suhu ekstrim antara -200oC hingga +2.000oC. Berdasarkan daerah operasi kerjanya,
termokopel dibedakan dalam beberapa jenis, setiap jenis diberikan kode warna
tipe sebagaimana dalam tabel 1.
Tabel
1: Type dan Warna Termokopel
Tipe
|
Bahan
(+/-)
|
Sensitivitas
|
Kode Warna
(British BS 1843:1952)
|
E
|
Nickel Chromium/Constantan
|
-200 - 900oC
|
|
J
|
Iron/Constantan
|
0 - 750oC
|
|
K
|
Nickel Chromium/Nickel Aluminium
|
-200 - 1250oC
|
|
N
|
Nicrosil/Nisil
|
0 - 1250oC
|
|
T
|
Copper/Constantan
|
-200 - 350oC
|
|
U
|
Copper/Copper Nickel
Compensating for "S" and "R" |
0 - 1450oC
|
|
Tiga bahan termokopel yang paling umum
digunakan untuk pengukuran temperatur adalah Iron-Constantan (Tipe J), Tembaga-Constantan
(Type T), dan Nikel-Chromium (Type K). Tegangan output dari termokopel sangat
kecil, hanya beberapa milivolt (mV) untuk perubahan 10oC dalam
perbedaan suhu dan karena output tegangan kecil ini beberapa bentuk amplifikasi
umumnya diperlukan.
Kelebihan Termokoupel dibandingkan dengan sensor
temperatur lain adalah sebagai berikut:
- Memiliki rentang suhu yang luas
- Tahan terhadap goncangan dan getaran
- Memberikan respon langsung terhadap perubahan suhu.
- Self Powered
- Sederhana
- Murah
- Bentuk yang beragam
- Range respon suhu yang luas
Sedangkan kekurangan termkopel adalah:
1.
Tidak linier
2.
Tegangan output rendah
3.
Memerlukan tegangan referensi
4.
Kurang Stabil
5.
Kurang Sensitif
Penggunaan termokopel sangatlah luas mengingat
jangkauan temperatur yang dapat di ukur sangar luas. Aplikasi yang umum dikenal
menggunakan termokopel antara lain adalah untuk industri besi dan baja, pengaman
pada alat-alat pemanas, untuk termopile sensor radiasi, dan pembangkit listrik
tenaga panas radioisotope.
A. SENSOR TEMPERATUR ELEKTRONIK
Sensor temperatur elektronik menggunakan
semikonduktor/peralatan elektronik sebagai pendeteksi suhu. Secara umum, yang
sering digunakan sebagai sensor temperatur adalah IC sensor temperatur dan infrared-pyrometer.
Sensor
suhu IC merupakan sensor temperature yang prinsip kerjanya didasarkan pada
sifat atau perilaku PN junction silikon terhadap suhu/temperatur. Dimana
tegangan maju PN junction akan menurun dengan meningkatnya suhu, sehingga pada
beberapa sensor suhu IC akan menghasilkan sinyal output (tegangan, arus) yang
berbanding lurus dengan suhu/temperatur. IC sensor temperatur yang umum
digunakan adalah IC LM35 untuk skala temperatur Celcius dan IC LM36 untuk skala
temperatur Fahren
Sensor LM35 adalah komponen elektronika yang memiliki
fungsi untuk mengubah besaran suhu menjadi besaran listrik dalam bentuk
tegangan. Sensor Suhu LM35 merupakan komponen elektronika berbentuk integrated
circuit (IC) dengan 3 pin yang diproduksi oleh National Semiconductor. Sensor
LM35 memiliki keakuratan tinggi dan kemudahan perancangan jika dibandingkan
dengan sensor suhu yang lain, sensor LM35 juga mempunyai keluaran impedansi
yang rendah dan linieritas yang tinggi sehingga dapat dengan mudah dihubungkan
dengan rangkaian kendali khusus serta tidak memerlukan penyetelan lanjutan.
Meskipun tegangan sensor suhu LM35 ini dapat mencapai
30 volt akan tetapi yang diberikan ke sensor adalah sebesar 5 volt, sehingga
dapat digunakan dengan catu daya tunggal dengan ketentuan bahwa LM35 hanya
membutuhkan arus sebesar 60 μA, hal ini berarti LM35 mempunyai kemampuan
menghasilkan panas (self-heating) dari sensor yang dapat menyebabkan kesalahan
pembacaan yang rendah yaitu kurang dari 0,5 ºC pada suhu 25 ºC.
Macam-macam struktur dan bentuk sensor suhu LM35
ditunjukan seperti pada gambar berikut ini.
Gambar 12: IC LM35
Sensor suhu LM35 yang mempunyai 3 pin seperti
LM35-DZ, LM35-DH dan LM35-DP setiap pin mempunyai fungsi masing-masing
diantaranya, pin 1 berfungsi sebagai sumber tegangan kerja dari LM35, pin 2
atau kaki tengah digunakan sebagai tegangan keluaran atau Vout dengan jangkauan
kerja dari 0 Volt sampai dengan 1,5 Volt dengan tegangan operasi sensor LM35
yang dapat digunakan antara 4 Volt sampai 30 Volt, Sedangkan pin 3 dihubungkan
ke body/masa atau ground.
. Keluaran sensor ini akan naik sebesar 10 mV setiap
derajad celcius sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut:
VLM35 = 10 mV/ °C
Karakteristik
dari IC LM35 adalah
sebagai berikut:
1.
Dapat dikalibrasi langsung ke dalam besaran Celcius.
2.
Faktor skala linier + 10mV/ °C.
3.
Tingkat akurasi 0,5°C. saat suhu kamar (25°C).
4.
Jangkauan suhu antara -55°C sampai 150°C.
5.
Bekerja pada tegangan 4 volt hingga 30 volt.
6.
Arus kerja kurang dari 60µA.
7.
Impedansi keluaran rendah 0,1Ω untuk beban 1 mA.
Sensor LM35 bekerja dengan mengubah besaran suhu
menjadi besaran tegangan. Tegangan ideal yang keluar dari LM35 mempunyai
perbandingan 100°C setara dengan 1 volt. Sensor ini mempunyai pemanasan diri
(self heating) kurang dari 0,1°C, dapat dioperasikan dengan menggunakan power
supply tunggal dan dapat dihubungkan antar muka (interface) rangkaian control
yang sangat mudah.
2. Pirometer Inframerah (Infrared Pyrometer)
Pirometer inframerah (Infrared pyrometer) adalah
sensor suhu yang dapat mengukur suhu dari jarak jauh tanpa melakukan kontak
langsung dengan objek yang akan diukur. Infrared pyrometer merupakan device
pengukur suhu yang juga biasa disebut sebagai termometer radiasi termal. Sensor
ini menggunakan cahaya inframerah untuk mengukur atau mendeteksi radiasi panas
(thermal) benda. jadi bisa dikatakan, infrared pyrometer adalah sensor yang
digunakan untuk mengukur suhu tanpa kontak ketika sensor tipe probe atau
sensor dengan
kontak langsung, seperti termokopel, RTD, dan lain sebagainya, tidak bisa
digunakan atau tidak bisa menghasilkan data yang akurat karena berbagai alasan.
Gambar 13: Pirometer inframerah
Infrared pyrometer biasa digunakan dalam keadaan yang
khas, seperti dalam kasus yang berhubungan dengan objek bergerak atau berputar
(misalnya: roller, belt conveyor, atau mesin-mesin yang bergerak ), atau dimana
pengukuran non-kontak diperlukan karena kontaminasi atau alasan berbahaya
(seperti tegangan tinggi), jarak objek yang di ukur terlalu jauh, atau juga
dimana suhu yang akan diukur terlalu tinggi untuk sensor yang pengukurannya
berkontak langsung dengan objek.
Gambar 13: Pirometer inframerah
Pirometer
inframerah/infrared pyrometer menentukan suhu objek dengan cara mengetahui
radiasi termal (terkadang disebut radiasi hitam) yang dipancarkan oleh objek tersebut.
Benda atau material apapun yang memiliki suhu mutlak diatas nol, akan memiliki
molekul yang selalu aktif bergerak. Semakin tinggi suhu maka pergerakan molekul
akan semakin cepat. Ketika bergerak, molekul akan memancarkan radiasi
inframerah, yang merupakan jenis radiasi elektromagnetik di bawah spektrum
cahaya. Saat suhu objek meningkat atau menjadi lebih panas, maka radiasi
inframerah yang dipancarkannya pun akan meningkat, bahkan inframerah yang
dipancarkan juga akan bisa menampakkan cahaya jika suhu benda tersebut sangat
tinggi. Oleh sebab itu jika ada sebuah logam yang dipanaskan akan nampak
memerah atau bahkan memutih. Pirometer akan mengukur besar radiasi inframerah
yang dipancarkan oleh benda tersebut.
Pirometer
akan mengetahui berapa suhu objek tersebut dengan cara memanfaatkan perubahan
panas yang dipancarkan dan yang diterima oleh pirometer. cahaya infrared dapat
difokuskan, dipantulkan atau diserap. Pirometer infrared biasanya menggunakan
lensa untuk memfokuskan cahaya inframerah yang dari suatu objek ke detektor
atau yang biasa disebut thermopile. Thermopile akan menyerap radiasi inframerah
dan mengubahnya menjadi energi panas. Semakin banyak energi infrared maka
semakin banyak energi panas yang didapat thermopile. Energi panas ini akan diubah
menjadi listrik, yang kemudian dikirim ke detektor, yang kemudian akan diubah
menjadi besaran suhu dan ditunjukkan atau ditampilkan oleh display infrared
pyrometer.
A. PENUTUP
Sensor
temperatur (Temperature Sensors) atau sering juga
disebut sebagai sensor suhu adalah suatu komponen yang digunakan
untuk mendeteksi suhu/panas. Jenis sensor suhu bervariasi dari yang
sederhana berupa switch/saklar ON/OFF
perangkat termostatik sederhana yang mengontrol sistem pemanas air alat
rumah tangga hingga jenis
sensor yan menggunakan semikonduktor
yang sangat sensitif untuk keperluan kontrol proses yang komplek di
industri.
Sensor temperatur terdiri dari
beberapa jenis. Setiap jenis mempunyai
karakteristik yang berbeda tergantung pada aplikasinya. Secara umum,
sensor temperatur menurut cara deteksinya dikatagorikan dalam dua jenis, yaitu
sensor jenis kontak (Contact Temperature Sensor) dan jenis non-kontak (Non-Contact Temperature Sensor).
Dari dua tipe dasar dari contact dan sensor temperatur non-contact
dapat dibagi menjadi beberapa kelompok sensor, yaitu: Electro-mekanis (Electro-mechanical), Resistif
(Resistive), Termo-elektrik (Thermo-electric)
dan Elektronik (Electronic).
Sensor temperatur
elektro mekanis serinG disebut juga sebagai thermostat. Terdapat tiga jenis
termostat menurut bahan sensornya, yaitu thermostat jenis bimetal, gas/cairan,
dan magnetis.
Sensor temperatur
resistif bekerja dengan cara mengubah besaran temperatur ke dalam resistansi.
Yang termasuk sensor jenis ini adalah thermistor dan RTD (Resistive Temperature Detector).
Sensor temperatur termo-elektrik adalah sensor suhu
yang mengubah suhu menjadi tegangan listrik. Salah satu sensor jenis ini adalah
thermokopel.
Sensor temperatur elektronik menggunakan
semikonduktor/peralatan elektronik sebagai pendeteksi suhu. Secara umum, yang
sering digunakan sebagai sensor temperatur adalah IC sensor temperatur dan infrared-pyrometer.
DAFTAR RUJUKAN
. (2014). Pengertian
Sensor Suhu dan Jenis-jenis Sensor Suhu. http://teknikelektronika.com/pengertian-sensor-suhu-jenis-jenis-sensor-suhu. (Online). Diakses tangggal 23 September
2016.
Supriyanto. (2015). Macam-macam
Sensor Temperature Suhu. http://blog.unnes.ac.id/antosupri/macam-macam-sensor-temperature-suhu.
(Online). Diakses tangggal 23 September
2016.
……………….. (2014) Temperature
Sensors Types for Temperature Measurements. www.electronics-tutorials.ws/io/io_3.html.
(Online). Diakses tangggal 23 September
2016.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar